Monday, December 20, 2010

niskala

Hanya di ruangan ini dia bisa mendengarkan suara itu. Suara yang mampu membuat dia sadar kalau ternyata dia memiliki sisi keindahan dalam memikirkan sosok saya.

Saya pikir selama ini yang hanya dia pikirkan tentang saya adalah bagaimana caranya saya bisa mati seperti yang ada di khayalannya. Tapi, kali ini dia berusaha untuk memikirkan bagaimana tawanya saya di dalam khayalannya.

Gelengan kepala dengan gerak lambat sambil mengkhayalkan tawanya saya itu tiba-tiba berhenti.
Dia menatap lurus ke depan sementara suara-suara itu masuk ke dalam telinganya dan menjadi teman hidup untuk beberapa saat dan dia pun bernapas kembali lewat tangannya.

No comments:

Post a Comment

Blog Archive