Ini sudah hari ke berapa,Blood? Sudah hampir hari ke-800 kamu mengisi hidupku. Melarung di dalam celah-celah daging tubuhku tanpa mengenal apa itu lelah. Kau tetap memerah. Seperti saat pertama kali aku dilahirkan. Tapi, saat itu kita belum bertemu, Blood.
Hari ini tidak ada senyum dariku untukmu, Blood. Aku sedang marah padamu. Aku ingin membunuhmu agar kau tidak lagi menyesapi setiap celah daging tertipisku. Aku ingin kau menjadi hitam. Bukan merah. Aku ingin kau kubasuh dengan air yang lebih ringan darimu agar kau tidak terus sombong di dalam tubuhku. Aku ingin kau meneteskan kehidupanmu tanpa perlu selang yang membantu aliranmu. Aku membencimu, Blood. Membencimu karena aku tidak bisa hidup dalam kehidupan yang sesungguhnya jika kamu tidak hidup di dalam tubuhku. Membencimu karena kau selalu mengatakan bahwa kau tidak butuh tubuhku untuk bertahan hidup. Bahkan dalam bekunya kutub pun kau mampu. Sedangkan aku? Aku membutuhkanmu. Kau sudah membunuhku perlahan-lahan dengan begitu cepat kau keluar jika ada luka pada diriku. Padahal itu semua karena kamu. Kamu yang membuat aku menyakiti diriku sendiri. Sedangkan kau tidak pernah peduli bagaimana sakitnya aku kehilanganmu sedikit demi sedikit dari tubuhku.
Blood, jika aku mati, aku ingin matiku karena kehilanganmu. Jika kau ingin aku tetap hidup, pulanglah. Pulanglah, Blood. Rumahmu di jantungku. Di jantungku yang masih membutuhkan detak untuk tempat tinggalmu. Pulanglah, Blood. Jantungku adalah rumahmu. Pulanglah.
No comments:
Post a Comment